Awang-awang
: Sesuatu yang akan terus dikenang
Pengalaman pertama. Apa yang terlintas pertama kali dalam benak Anda saat mendengar istilah “pengalaman pertama”? Tentunya hal itu adalah sesuatu yang tak akan pernah dilupakan dan merupakan momen berharga dalam hidup Anda. Bayangkan pada saat Anda pertama kali bisa bersepeda, pertama kali mencicipi naik bis, pertama kali mengendarai sepeda motor ke luar kota, pertama kali merasakan yang namanya jatuh cinta, atau pertama kali menaiki pesawat terbang.
Nah, kali ini sosok itu akan bercerita tentang pengalaman pertama kalinya menaiki pesawat. Pengalaman ini terjadi pada 15 November 2011 dan kemudian dituliskan di blognya pada 17 November 2011. Aslinya, dia merasakan sensasi yang luar biasa saat menaiki pesawat terbang untuk pertama kalinya. Bahkan, sensasi itu sudah mulai dirasakannya saat menaiki bus Primajasa jurusan Bandung-Cengkareng. Bukan bus biasa tentu saja karena rute yang akan dituju adalah bandara internasional di sebelah barat ibukota negara ini.
Barang bawaan tentunya adalah sesuatu yang harus diperhatikan sebelum menaiki pesawat. Berat barang bawaan yang diperbolehkan dibawa memasuki kabin pesawat adalah maksimal 7 kg. Jika lebih dari itu tentu harus masuk bagasi pesawat yang free of charge-nya adalah 20 kg. Sekali lagi, ini terjadi pada akhir 2011, ya. Inilah yang menjadi perhatian sosok itu sebelum melakukan perjalanan jauh pertamanya naik pesawat terbang. Sebisa mungkin barang bawaannya tidak merepotkannya saat nanti di bandara atau di dalam pesawat.
Untuk itulah pilihannya jatuh pada ransel berukuran sedang. Apalagi dia pernah menyaksikan sendiri bagaimana bagasi milik seorang penumpang diacak-acak di bagian bea cukai puluhan tahun lalu saat barang penelitian milik kawannya tertahan di Bandara Soetta. Sensasi kedua yang dirasakan oleh sosok itu adalah saat memasuki terminal bandara yang terbilang besar. Terminal 1B adalah tujuannya dimana pesawat yang akan dinaikinya akan segera membawanya ke Pulau Bali.
Pemeriksaan barang bawaan dan juga badan sudah dipersiapkan. Oleh karena belum terbiasa, tentu sosok itu pun harus bersusah payah memisahkan barang elektronik dari tubuhnya sendiri. Kamera dan HP adalah barang yang terlambat dimasukkan ke dalam tas ranselnya. Akhirnya, dua barang itu pun dibiarkan begitu saja berjalan di luar tas ranselnya untuk memudahkan pemeriksaan. Soal pemeriksaan ini pun menjadi peristiwa tak terlupakan saat kembali ke Jakarta karena tas ranselnya harus menjalani dua kali pemeriksaan.
Diduga ada barang elektronik yang dicurigai terbawa oleh tas ranselnya sementara sosok itu tidak ingat tentang hal itu. Setelah diperiksa, barulah disadari oleh dia bahwa barang yang dimaksud adalah charger HP. Oalah! Sensasi berikutnya tentulah saat memasuki badan pesawat. Disapa oleh pramugari yang selalu siap tersenyum dan mengumbar keramahan hingga mencari tempat duduk yang tepat dan meletakkan tas ranselnya di atas kepala. Sebelum memasuki pesawat, garbarata adalah hal baru yang membuatnya merasa jadi kampungan.
Sosok itu tidak terlalu beruntung karena dia mendapatkan tempat duduk yang agak jauh dari jendela, padahal harapannya adalah dapat menyaksikan pemandangan di luar pesawat. Namun, semua itu terbayar saat kepulangannya dari Bali karena akhirnya dia dapat duduk di samping jendela meski penerbangan malam. Di dalam pesawat, dia memperhatikan semua hal detail yang ada. Mulai dari tulisan-tulisannya sampai komponen-komponen yang ada di depan maupun di atasnya.
Begitu pula dengan majalah maupun buku panduan di dalam pesawat dan beberapa tindakan jika pesawat mengalami kondisi darurat seperti terpaksa mendarat di atas lautan. Wow! Pada saat mesin pesawat dinyalakan, sosok itu merasakan sensasi yang makin memuncak. Kecepatan yang tinggi hingga pesawat harus meninggalkan permukaan bumi adalah efek melayang yang tidak akan pernah dilupakannya. Efek beberapa permainan di area Dunia Fantasi beberapa puluh tahun ke belakang kembali dirasakannya.
Perasaan naik dan turun begitu menggoda pikirannya. Begitu pula dengan turbulensi kecil pada ketinggian tertentu hingga dapat terbang di atas awan-awan yang cerah di sebelahnya. Itulah momen dimana sosok itu merasakan betapa kecilnya manusia di bumi ini. Begitu mudahnya Sang Maha membalikkan tangan hingga seluruh penumpang seperti tak pernah ada di dunia ini. Sungguh betapa kerdilnya manusia sehingga kesombongan yang ditampakkan di muka bumi seperti tak berarti apa-apa.
Seharusnya, orang-orang yang sering bepergian menaiki pesawat merasa bersyukur karena diingatkan terus tentang fananya kita di muka bumi ini. Sosok itu tidak sendiri. Ada satu orang lagi dari Tanah Priangan yang baru pertama kali menaiki pesawat dan juga pertama kali pergi ke Pulau Bali. Dialah Kang Duddy yang merupakan jurnalis dari koran Kabar Priangan Tasikmalaya. Dan mereka berdua pun terus bersenda gurau selama di bandara hingga kemudian ada di dalam pesawat.
Betapa menegangkan. Betapa mengasyikkan. Betapa membanggakan. Dan begitu banyak betapa hingga akhirnya mendarat dengan sempurna di Bandara Ngurah Rai. Semua perasaan bercampur menjadi satu. Seperti gado-gado Betawi atau lotek Sunda yang nikmat dirasakan saat cuaca panas di siang hari. Mmm … segarnya. First flight. Penerbangan pertama. Inilah pengalaman pertama kali sosok itu menaiki sebuah pesawat terbang yang membawanya meninggalkan permukaan bumi.
Perasaan melayang yang kurang lebih sama akan dihadapi setiap manusia saat berpindah dari alam dunia ke alam kubur. Sebuah keniscayaan. Sekali lagi, di atas sana kita hanyalah makhluk kecil yang tak berarti apa-apa. Dan sosok itu hanya bisa berucap alhamdulillah atas semuanya.[]
0 Comments