Yayasan Solidarity Forever (YSF) menggelar ITB Ultra Marathon Exhibition Run pada hari Sabtu, 18 Desember 2021, sebagai rangkaian terakhir dalam kegiatan olahraga ITB Ultra Marathon 2021. Peserta Exhibition Run menempuh lintasan sepanjang 125 kilometer dari Kampus ITB di Bandung menuju Kampus ITB di Cirebon. Ada tiga kategori yang dipertandingkan, yaitu individu, dua orang (R2), dan lima orang (R5), dengan pembagian grup umum dan grup alumni.
Perlu diketahu bahwa ITB Ultra Marathon 2021 digelar secara offline dan online. Pesertanya terdiri dari alumni ITB, keluarga besar ITB, pelari profesional, hingga masyarakat luas. Untuk offline sudah dijelaskan di atas, sedangkan untuk online sudah digelar sejak 19 November 2021 dengan peserta berasal dari berbagai wilayah di Indonesia, bahkan luar negeri. Intinya adalah peserta berlari di wilayah masing-masing dan pembuktian jarak tempuh menggunakan aplikasi Strava.
Sebelumnya, panitia juga menggelar ITB Ultra Cycling Challenge yang juga bersifat eksibisi pada November 2021 dengan rute sama, yaitu dari Kampus ITB Bandung menuju Kampus ITB Cirebon. Alhamdulillah semua rangkaian kegiatan ini akhirnya bisa menggalang solidaritas alumni dan keluarga besar ITB yang dikelola YSF untuk pemberian beasiswa kepada mahasiswa berprestasi, pengembangan kualitas laboratorium, hingga menginisiasi riset vaksin Covid-19.
Baik ITB Ultra Cycling Challenge 2021 atau ITB Ultra Marathon 2021 yang mengambil garis finish di Kampus ITB Cirebon tentu saja mengusung misi memperkenalkan kampus baru tersebut ke masyarakat luas yang akan memulai kegiatan pembelajarannya pada Januari 2022. Sabtu kemarin, Arief Hariyanto (Direktur Pendidikan ITB) melakukan flag off untuk melepas para pelari di Sabuga; disaksikan oleh Ahmad Shalahuddin Zulfa (Ketua Pelaksana ITB Ultra Marathon), Susilo Siswoutomo (Ketua Yayasan Solidarity Forever), dan Denda Alamsyah (Wakil Ketua Umum II Ikatan Alumni ITB).
Total ada 28 peserta kategori individu yang mendaftar dan lulus kualifikasi, tetapi hanya 15 orang saja yang berlari. Sementara untuk kategori R2, dari 7 tim yang mendaftar dan lulus kualifikasi, hanya 5 tim saja yang berlari. Sedangkan untuk kategori R5, ada 20 tim yang mendaftar dan semuanya berlari. Mereka berlari melintasi Kampus ITB Jatinangor, Cadas Pangeran, Sumedang, Majalengka, hingga finish di Kampus ITB Cirebon.
“Terima kasih kepada para peserta (ITB) Ultra Marathon. Ajang ini membantu menghidupkan suasana kampus termuda,” ungkap Reini Wirahadikusumah, Rektor ITB. “ITB (terus) mengembangkan penelitian dan pendidikan ke masyarakat. ITB akan memanfaatkan potensi-potensi khas setempat untuk berkontribusi pada wilayah setempat,” lanjutnya. ITB sendiri resmi berdiri pada 3 Juli 1920 dengan nama de Techniche Hoogeschool te Bandung dan hingga Juli 2020, sudah meluluskan lebih 120 ribu mahasiswa.
Testimoni Peserta ITB Ultra Marathon 2021
Pada kategori individu umum, juara 1 pria dimenangkan oleh Arief Wismoyono dengan waktu 17 jam 12 menit sedangkan untuk juara 1 wanita diraih oleh Nurul Wulandari dengan waktu 21 jam 34 menit. Sementara untuk kategori individu alumni, juara 1 pria dimenangkan oleh Rahmat Palastyono dengan waktu 22 jam 16 menit sedangkan untuk juara 1 wanita diraih oleh Novita Wulandari dengan waktu 22 jam 09 menit.
Pada kategori R2 umum, juara 1 all male dimenangkan oleh Daniel Jensen/Margono dengan waktu 12 jam 39 menit sedangkan untuk juara 1 mix/all female diraih oleh Lina/Suryanto dengan waktu 23 jam 35 menit. Pada kategori R5 umum, juara 1 all male dimenangkan oleh Cirebon Runners dengan waktu 11 jam 24 menit dan untuk kategori R5 alumni, juara 1 all male dimenangkan oleh ITB 90 - 90lerun dengan waktu 15 jam 01 menit. Sedangkan juara 1 mix/all female dimenangkan oleh IA TF dengan waktu 15 jam 05 menit.
Menurut Arief Wismoyono, juara 1 kategori individu umum pria, "Bandung - Cirebon (itu) tantangannya panas. Terus di Paseh Nyalindung, hujan deras. Kontur jalan yang bergelombang (juga) bikin susah lari. Belum lagi truk dan bus yang padat, (sehingga) harus lompat ke pinggir jalan biar nggak keserempet." Itu pula yang dikatakan oleh Novita Wulandari, juara 1 kategori individu alumni wanita, "Rute ITB Bandung - ITB Cirebon (itu) cukup berat."
"Pertama, rute ITB Jatinangor ke Masjid Sumedang itu siang hari dan cuaca panas (plus) lalu lintas padat. Banyak peserta yang dehidrasi dan anyang-anyangan setelah melalui rute ini. Saya sendiri berbekal pharolit dan oralit, jadi bisa diatasi. Kedua, jarak antara WS cukup jauh (25 km) dan semakin melebar ke arah finish. WS terakhir ke finish (bahkan) sekitar 28 apa 29 gitu. Beruntung banyak minimarket, warung, dan tempat makan. Tapi di atas jam 10 malam harus survive sampai WS selanjutnya. Saya (sendiri) self support."
"Ketiga, hujan turun deras saat lepas WS Sumedang sekitar jam 2 siang dan itu lumayan lama. Dari sebelum dan setelah Masjid Nyalindung kadang hujan (membesar) kadang hujan rintik sampai jam 7 malam. Keempat, kendaraan lintas kota sudah pasti gak bisa santai. Semua ngebut. Mau kemana dan ngapain sih? Kesel. Untuk event race yang dadakan ini (terbilang) cukup sukses, sih. Sepi peserta karena (masih) exhibition, (jadi) terbatas."
"Yang mau aku komen hanya makanan berat. Pelari jarak jauh itu pada umumnya hard to swallow and digest real food. Jadi sangat berharap ada kuah bening macam sop, kuah baso, dan nasi. Itu sudah bahagia. Anggap aja kami pasien rumah sakit hehehe. Jadinya rely on warung yang ada di jalan. Cari baso kuah. Fisioterapi juga perlu ada di tiap WS, (keberadaan mereka bisa untuk) membantu stretching."
Baca Juga:
We Are Big Family of 94nesha
94nesha Berlari di ITB Ultra Marathon
Sehat, Manfaat, dan Bahagia
Nurul Wulandari, juara 1 kategori individu umum wanita, mengatakan bahwa jalur IUM 2021 memiliki banyak tantangan sekaligus pemandangan alam yang indah. Kontur jalan pada segmen 50 km pertama dari Bandung (cenderung) nanjak tapi yang terberat (itu) dari Jatinangor ke Tanjungsari, sedangkan 75 km berikutnya rutenya menurun dan mendatar hingga finish di Cirebon.
"Lalu lintasnya (lebih) menakutkan karena (adanya) truk bermuatan berat atau bis yang berkecepatan tinggi, jangan sampai tersenggol kendaraan. Getaran dan gerakan kendaraan yang mendekat dari belakang lebih terasa dibandingkan bila saya lari melawan arah. Yang agak mengesalkan malah angkot, yang seringkali berhenti (mendadak) di depan saya. Saya pun hampir kena dan ibu-ibu di dalam angkot malah yang akhirnya teriak dan negur supirnya," cerita Nurul.
"Cuacanya seru, kena panas terik dan hujan. Start dari Bandung terbilang nyaman untuk berlari, tetapi agak silau karena berlari ke arah timur. (Setelahnya) cuaca panas tapi saya masih berada di zona nyaman karena sudah terbiasa latihan saat panas. Namun sempat memilih rehat setelah shalat Dzuhur karena hujan deras disertai angin. Lumayan lama, hampir 30 menit. Setelah angin mereda dan hujan tidak lagi deras, saya lanjutkan lari dengan memakai jas hujan sekali pakai."
"Support panitia berupa air dan makanan (cukup) melimpah di setiap WS tetapi tidak semuanya saya nikmati. Di CP2 belum bisa menyantap nasi box karena belum lapar, gantinya malah makan baso di tepi jalan. Beberapa kali mampir ke minimarket untuk membeli sesuatu sekalian numpang ke toilet. Alhamdulillah saya senang sekali dan bersyukur bisa juara 1. Saya tidak menyerah meski lecet-lecet dan tidak nyaman dengan pakaian dan sepatu yang basah," tutupnya.
ITB Ultra Marathon 2021 Kategori Virtual
Salah satu tim untuk kategori alumni yang terlibat adalah Tim AHR (Ars Happy Runners), yaitu para alumni Farmasi dimana sosok itu juga menjadi bagian dari tim ini. Mereka menurunkan 4 (empat) tim, yaitu dua tim AHR Male R5 (offline), AHR Male R10 (online), dan AHR Female R10. Tagline yang diusung adalah Run for 75th ITB Pharmacy Education 2022. Ya, tahun 2022 adalah tahun ke-75 bagi Farmasi menjadi bagian dari Keluarga ITB.
Menurut Dedi Maryadi (Kapten Tim), ia merasa bersyukur bahwa alumni Farmasi yang mau berpartisipasi di ITB Ultra terus bertambah setiap tahunnya. Pada 2018 ada 16 pelari, 2019 ada 36 pelari, 2020 ada penurunan menjadi 28 pelari, dan 2021 ini ada 38 pelari. Pada tahun ini, rekrutmen pelari memang sangat terbantu dengan adanya fitur komunitas di aplikasi sehingga publikasi pun hanya cukup dengan mengirimkan link komunitas pelari saja.
"Yang menjadi kendala adalah tidak semua pelari bersedia bergabung di final battle. (Hal ini bisa terjadi) karena pelari tersebut juga telah terdaftar di komunitas angkatan atau komunitas non-angkatan lainnya seperti MGB. Wajar saja, apalagi mengingat mereka ingin berlari dengan tim yang lebih baik atau lebih berpotensi podium. Saya pun begitu, tergabung dengan tim angkatan 9ajah 8erlari dan juga di AHR R5 offline," ujar Dedi.
Sebagai pelari terakhir di Tim AHR R5, Dedi merasa bangga sekali. Ia mengatakan kalau kedua tim Farmasi akhirnya bisa finish dengan strong dan selamat. Tim pertama adalah para dosen di Sekolah Farmasi (I Ketut Adnyana, Samsul Bahri, Agung Dwi Juniarsyah, Rahmat Mauludin, dan M. Insanu) dan tim kedua adalah para alumni (Achmad Daiman, Arie Zuliar, Yayang L. Rizwan, Hairil Sambas, dan Dedi Maryadi).
Begitu pula dengan 94nesha Runners yang hanya mengirimkan para pelari untuk kategori virtual saja. Bahkan mereka terbilang yang terbanyak untuk kategori alumni, yaitu mencapai 104 pelari untuk mengikuti ajang ITB Ultra Marathon Endurance Battle Virtual Run 2021 dan akhirnya mengerucut menjadi 34 pelari untuk mengikuti Final Battle Virtual Run 2021, yang dipecah menjadi 4 (empat) tim yaitu 94ra2, 94do2, 94ruk2, dan 94reulis.
Sosok itu selain menjadi bagian dari Tim AHR Male R10 juga menjadi bagian dari Tim 94ruk2. Ini tentu saja karena faktor jurusan dan angkatannya. Jadi dinikmati saja, meski akhirnya harus lari dua kali masing-masing 10 km. Capek tapi bahagia. Alhamdulillah dia sendiri sudah terlibat dalam ajang ITB Ultra Marathon sampai empat kali, yaitu dari 2018. Meski untuk jurusan Farmasi baru terlibat tahun ini. Tidak ada kata terlambat untuk kebahagiaan.
Sebuah kejutan bahwa salah satu tim 94nesha Runners masuk sebagai tim podium. Siapa lagi kalau bukan 94ra2 yang beranggotakan Dedi Setiadi, Djakawinata, Firdian Rusdi, dan Ruli Tobing. Mereka berempat memang sudah dikenal sebagai pelari kijang, jarak 25 km bisa ditempuh dengan pace rata-rata 5:47 /km. 94ruk2 pun masih mempertahankan gelar 94reboy dengan catatan waktu 19 jam 30 menit, tapi dengan jarak terjauh kelima (114 km).[]
0 Comments