Batik Pangrod Sukalaksana dan Teh Kewer Sukalaksana

Batik Pangrod Sukalaksana

Ditulis oleh Bintan Fathikhansa, Mahasiswa Universitas Padjadjaran

Senin, 1 Juli 2024, adalah hari yang bersejarah buatku. Setelah berhasil menyelesaikan 70 SKS sebagai syarat minimal, aku pun bisa mengambil Kuliah Kerja Nyata (KKN) Mahasiswa di Universitas Padjadjaran (Unpad). KKN Unpad bertujuan untuk menyelaraskan proses tridarma perguruan tinggi dengan apa yang terjadi di masyarakat. Mahasiswa peserta KKN nantinya akan didampingi oleh Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) untuk menuangkan berbagai gagasan terkait pengembangan desa, yang diintegrasikan dengan program Profesor Masuk Desa (PMD). 

Output dari kegiatan ini tentu saja tidak hanya bermanfaat bagi desa yang dijadikan lokasi KKN, tetapi sebagai pembelajaran bagi mahasiswa dalam menyelesaikan proses pendidikan, dan bagi DPL atau PMD berupa jurnal karya ilmiah. Pagi-pagi sekali, aku diantar oleh keluargaku ke Kampus Unpad untuk menghadiri Pelepasan KKN. Mohon dimaklumi kalau bawaan anak perempuan banyak sekali, apalagi untuk jangka waktu yang lumayan lama, yaitu satu bulan. Jadi wajar, kan, kalau pada hari Senin itu, para orang tua berdatangan untuk mengantar dan melepas anak-anaknya.

Aku dan para mahasiswa peserta KKN kemudian dikumpulkan di depan Gedung Rektorat. Suasana begitu syahdu saat upacara dimulai. Ada banyak wajah-wajah yang terlihat cerah dan bahagia, meski aku sendiri merasa tegang karena belum tahu bagaimana suasana KKN yang sebenarnya di tempat yang asing nanti. Bapak wakil rektor sendiri menyampaikan harapan pada semua mahasiswa KKN agar bisa memberikan banyak manfaat ke masyarakat sesuai dengan tagline yang tertulis di kaos KKN, yaitu “Unpad Bermanfaat”.

Mahasiswa KKN Unpad 2024

Oya, peserta KKN sendiri dipilih berdasarkan seleksi mahasiswa yang memang dibutuhkan, diselaraskan dengan minat mahasiswa saat pendaftaran secara online. Satu orang DPL akan membimbing 15-18 mahasiswa dengan rincian dua orang mahasiswa per satu program studi. Aku sendiri ditempatkan di Desa Sukalaksana, Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut. Desa ini pernah menjadi Juara 2 Desa Wisata Nusantara 2019 dan Juara 1 Desa BRIlian Indonesia 2021.

Batik Pangrod Sukalaksana

Mengenal Batik Pangrod Sukalaksana

Selepas upacara pelepasan, para peserta KKN kemudian berangkat ke desa yang dituju. Aku sendiri bersama tiga orang temanku yang baru saja berkenalan karena berbeda program studi, menaiki mobil travel untuk langsung menuju Desa Sukalaksana. Empat belas mahasiswa akan menyusul esok hari karena memang sudah dijadwalkan demikian. Setelah melewati Nagrek dan Kota Garut, barulah aku merasakan hawa pedesaan yang sejuk, disambut Gunung Guntur yang tampak megah dan Gunung Cikuray di kejauhan.

Hati ini begitu bungah bahwa aku akhirnya benar-benar nyata menuju desa yang memang kuinginkan, yaitu desa yang terkenal dengan Batik Pangrod dan Teh Kewernya. Sebelumnya, aku pernah berdiskusi dengan kedua orangtuaku tentang tema KKN yang cocok buatku. Dari sekian banyak, aku akhirnya memilih Batik Pangrod di Desa Sukalaksana karena tampaknya bakal beririsan dengan program studiku, yaitu Bahasa dan Budaya Tiongkok (BBT). Irisannya tentu saja di bidang kepariwisataan.

Panen Sawi

Ada 5 (lima) kelompok KKN yang akan bertugas di Desa Sukalaksana. Total mahasiswa KKN ada 90-an peserta dimana jumlah terbanyaknya ada di kelompokku yang fokus pada Batik Pangrod, yaitu 18 orang. Setiap kelompok masing-masing ditugaskan memegang satu RW dan kelompokku memegang RW 5. Setelah beberapa hari, aku pun menyadari bahwa kami tidak hanya belajar tentang Batik Pangrod, tetapi juga dilibatkan membantu warga mengurus pertanian, membantu kegiatan posyandu, mengikuti Gebyar Puncak Parabon (seperti pasar kaget hari Minggu), dan termasuk Pawai Obor 1 Muharram.

Banyak sekali kegiatan di Desa Sukalaksana, dan ini menunjukkan bahwa mereka sudah terbiasa hidup kreatif, sehingga wajar saja kalau pernah mendapatkan gelar Juara 2 Desa Wisata Nusantara 2019 dan Juara 1 Desa BRIlian Indonesia 2021. Fokus kelompokku tentang Batik Pangrod pun akhirnya sedikit demi sedikit mulai dibuka, yang kebetulan dibimbing langsung oleh Ibu Siti Julaeha, istri Kepala Desa Sukalaksana. Inilah batik khas Desa Sukalaksana yang rencana jangka panjangnya ingin aku kenalkan ke dunia internasional.

Jenis batik Desa Sukalaksana sebenarnya proses pembatikannya diadaptasi dari Batik Shibori khas Jepang, yaitu kainnya dilipat, dipelintir, atau diikat baru kemudian dicelupkan ke dalam pewarna. Jelas berbeda dengan cara pembuatan batik pada umumnya yang dicanting atau dicap. Nah, untuk memberikan nuansa lokal, namanya diganti dengan 'pangrod'. Pangrod sendiri bermakna tali-menali dalam bahasa Sunda. Ke depannya, nama Batik Pangrod ini akan didafarkan hak ciptanya ke HAKI dengan nama Batik Pangrod Sukalaksana.

Pembuatan Batik Pangrod dimulai dengan penggambaran terlebih dahulu menggunakan pensil atau spidol, lalu setelah itu dijahit menggunakan benang mengikuti pola gambar. Setelah selesai, kain diikat, dilipat, atau dipelintir sesuka hati agar menciptakan pola yang menarik. Baru kemudian dicelup ke dalam pewarna di baskom atau ember. Setelah waktu tertentu, kain diangkat dan dijemur di tempat yang tidak terkena matahari langsung. Sinar matahari harus dihindari karena akan mengubah warna.

Batik Shibori Desa Sukalaksana

Setelah tingkat kekeringannya cukup, ikatan pada kain mulai dilepas. Pada tahap inilah aku dibuat takjub, ada gambar yang terlihat jelas dan ada pula yang gambarnya terlihat abstrak. Semuanya membentuk pola yang unik dan tampak indah. Bu Imas dari RW 1 pun bilang, “Wah, ini mah kurang mangrod jadi gambarnya gak keluar.” Makna 'mangrod' di sini maksudnya adalah ikatan kainnya kurang kuat atau kurang pakem. Dari obrolan yang tampak sederhana dan sudah terjadi berulangkali itu, akhirnya nama Batik Pangrod mulai diajukan dan dikenal.

Batik Pangrod Sukalaksana

Teh Kewer Sukalaksana

Salah satu motif Batik Pangrod yang menjadi perhatianku adalah daun kewer. Pohon kewer (Senna septemtrionalis) sendiri banyak tumbuh di Desa Sukalaksana. Aku sendiri mengenalnya karena warga desa menyambut mahasiswa KKN dengan suguhan teh kewer. Teh ini memiliki aroma kopi meski bukan satu famili dengan pohon kopi. Racikannya sendiri bukan dari pucuk daunnya seperti teh pada umumnya, melainkan berasal dari olahan biji buahnya. Warga desa telah memanfaatkannya secara turun-temurun selama beberapa generasi.

Pohon kewer banyak tersebar dan tumbuh subur di pinggir-pinggir parit, balong, tetelar, atau tegalan. Saat ini sudah banyak menghiasi halaman-halaman rumah warga Desa Sukalaksana sebagai bagian dari upaya pembudidayaan. Tanaman yang pada awalnya hanya tanaman liar dan dipandang sebelah mata itu, sekarang menjelma menjadi tanaman berharga yang mampu mengangkat citra desa. Daun kewer memiliki jumlah yang selalu genap dan tidak memiliki pucuk. Polanya begitu khas, kecil di bagian bawah dan besar di bagian atas.

Batik Shibori Sukalaksana Motif Daun Kewer

Pola daun inilah yang kemudian diterapkan pada Batik Pangrod dan tentu saja menjadi ciri khas Desa Sukalaksana yang tidak bisa ditiru. Warga terus belajar untuk membuat motif daun kewer yang semakin baik dan sempurna. Gambar pola yang hati-hati, menjahit mengikuti pola, lalu kainnya diikat kuat sampai mengkerut (pangrod). Setelah jadi, Batik Pangrod Sukalaksana tentu memiliki nilai ekonomi yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Harganya mencapai ratusan ribu hingga jutaan rupiah bergantung tingkat kesulitannya.

Teh kewer juga menjadi teh khas Desa Sukalaksana yang memiliki nilai ekonomi tinggi karena memiliki khasiat bagi kesehatan. Dengan kemasan yang terus diperbaiki agar bernilai tinggi, teh kewer diharapkan menjadi primadona yang terus dicari oleh para wisatawan lokal maupun mancanegara. Pada zaman yang serba instan ini, aku berharap bisa memperkenalkan Batik Pangrod Sukalaksana dan Teh Kewer Sukalaksana di dunia internet dan media sosial. Dengan konsep yang matang, tentu proses ini bakal menemukan hasil terbaiknya.

Tidak hanya sekadar menunggu wisatawan lokal atau mancanegara yang mau datang ke Desa Sukalaksana saja, tetapi kita harus menjemput bola dengan memperkenalkan dua produk khas Desa Sukalaksana ini di media daring. Jika ada pemesanan, insya Allah ada JNE yang siap membantu untuk mengantarkannya ke pembeli. Aku sendiri memiliki rencana untuk membuat blog berbahasa Tiongkok agar makin banyak warga Tiongkok yang mengenal dan mau membeli Batik Pangrod Sukalaksana dan Teh Kewer Sukalaksana.[]

Mahasiswa KKN Unpad 2024

#JNE #ConnectingHappiness #JNE33Tahun #JNEContentCompetition2024 #GasssTerusSemangatKreativitasnya

Post a Comment

19 Comments

  1. bagus tulisan nya. keren KKN nya 👏🏻👏🏻

    ReplyDelete
  2. Tulisannya bagus dan membuka wawasan sy yg memang baru tau klo ada jenis batik lain selain batik pekalongan 😁👍

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tulisan anak saya, dan saya pun baru tahu bahwa Garut pun memiliki batik

      Delete
  3. Keren kaka hasil kkn nya...semangat yaa🥰

    ReplyDelete
  4. 😍😍😍

    ReplyDelete
  5. Maa syaa Allah... Keren tulisan 👍.. Bikin penasaran ma batik pangrod ma teh kewernya... Bravo teh Bintan 👏👏👏👏

    ReplyDelete
    Replies
    1. alhamdulillah teh kewernya sudah sampai rumah

      Delete
  6. Enak dibaca

    ReplyDelete
  7. Bagus sekali. Anda sudah memberi contoh komunikasi sains yang dilakukan sejak dini via blog. Jangan berhenti ya. Salam, Dasapta Erwin Irawan (website: https://dasaptaerwin.net).

    ReplyDelete
  8. Bintan, makasih sdh mengenalkan batik pangrod dan teh kewernya yah. Sy bafu tau lho..🤓Bekka

    ReplyDelete
    Replies
    1. alhamdulillah jadi nambah pengetahuan

      Delete
  9. Aku langsung googlin teh kewer malah nih bang Aswi hihihi sebagai pecinta teh lgs tertarik. Wah udah KKN aja,seru ya bisa belajar proses pembatikan di desa Sukalaksana

    ReplyDelete
  10. Kalo bisa memang mempromosikannya lewat medsos, baik menggunakan bahasa indonesia, inggris atau mandarin. kalo perlu korea, biar orang luar juga mengerti apa yang dipromosikan :)

    ReplyDelete
  11. ya Allah ini acaranya seru dan bermanfaat banget kakkkk...
    semoga bisa jadi ladang ilmu dan pahala yaaa..

    ReplyDelete
  12. Pengen tau banget soal teh kewer ini, jadi gimana bikin suguhan yang seperti teh tapi dari bijinya. KKN memang memberi pengalaman berharga ya, byk hal baru yg gak bisa di dapat kalo enggak datang kesana

    ReplyDelete