Setelah dua tahun lalu sosok itu mudik ke Jakarta hanya dengan Adik Anin saja, dan tahun kemarin tidak ada mudik kecuali hanya ke Garut mengunjungi keluarga kakak ipar, alhamdulillah lebaran tahun ini bisa mudik kembali ke Jakarta. Sebuah kebahagiaan bagi sosok itu karena me mang keluarga besarnya mayoritas ada di sana, dan bagi anak-anak tentulah kebahagiaan bertemu dengan sepupu, angpao yang lumayan, dan jalan-jalan.
Alasan terakhir inilah yang harus dimanfaatkan karena jalan bareng bersama keluarga inti secara utuh itu terbilang langka. Rencana kulineran pun langsung disusun bersamaan dengan agenda mau kemana, meski pada akhirnya semua itu harus diselaraskan dengan jadwal keluarga besar enaknya bagaimana. Ya, jalan bersama dengan keluarga besar tentu lebih mengasyikkan daripada jalan sendiri-sendiri.
Mie ayam adalah salah satu makanan khas yang harus ada dalam daftar kulineran kalau keluarga kecilnya bertandang ke Jakarta. Inilah makanan wajib yang menjadi favorit karena beda banget dengan mie ayam yang ada di Bandung. Tempat yang diburu biasanya sih Mie Ayam TK (Wonogiri) di dekat Pasar Inpres Kelapa Gading atau Mie Ayam Yanto Gendut yang ada di Jl. Summagung 3 dekat Pasar Mandiri Kelapa Gading.
Akan tetapi kalua gak sempat membeli di dua lokasi tersebut, ya akhirnya belinya bisa di dekat rumah adik/kakak/saudara yang ada di Jakarta. Biasanya rata-rata memang enak dan jelas beda dengan mie ayam yang ada di Bandung. Titik. Nah, mudik ke Bumi Betawi kali ini serba kereta, meski pilihan jenis kereta buat berangkat sama pulangnya gak sesuai harapan. Paling gak, tetap naik kereta.
Harapannya sih tentu saja kepengen yang ongkosnya murah tapi nyaman, tetapi kenyataannya gak seperti biasanya. Dulu mah mesen H-1 masih kebagian kereta yang diinginkan. Tahun ini dan bahkan dua tahun ke belakang, ternyata gak kebagian. Selasa, 11 April 2024, sosok itu dan keluarga kecilnya sudah menembus kegelapan Jl. Asia Afrika karena berangkat dari rumah pukul 05.00.
Tujuannya adalah ke St. Bandung untuk naik KA Argo Parahyangan pada pukul 06.00 dengan tujuan Bekasi. Adik Anin dan Sang Belahan Jiwa langsung belanja keperluan perut selama di atas kereta karena belum sempat sarapan. Pulang mudik yang begitu dinimati, sambil foto-foto dan ngobrol diselingi tidur. Sampai di St. Bekasi pukul 08.18, dan tampak begitu ramai. Suasana lebaran masih terasa meski di hari kedua.
Dari St. Bekasi lanjut KRL dengan tujuan Kp. Bandan yang lewat Manggarai, dan nanti akan turun di St. Duri. Empat kartu e-money tentu sudah dipersiapkan jauh-jauh hari karena bakal sering naik KRL selama di Jakarta. Dari St. Duri lanjut ke St. Tangerang untuk bercengkerama di rumah Bulek Anik (adik dari almarhumah Ibu). Hari masih pagi, jadi mereka semua berjalan kaki melewati pasar.
Setelah puas makan ketupat sayur, kacang, minum sirup lanjut ngobrol ngalor-ngidul dengan semua saudara yang hadir. Satu persatu berdatangan dan tidak sekaligus. Ngobrol puas. Selepas maghrib keluarga sosok itu dan kakak/adik pamit pulang. Ada yang naik mobil tetapi mayoritas para keponakan dan keluarga sosok itu naik KRL ke St. Duri lanjut ke arah Bekasi dan turun di St. Klender Baru.
Dua motor sudah menunggu di parkiran dekat St. Klender Baru. Selebihnya nunggu mobil adik. Dia sendiri dengan sang belahan jiwa naik motor sekalian cuci mata, siapa tahu ada yang bisa dibeli. Akhirnya mampir ke Mixue dan juga ngeborong mie ayam di daerah Penggilingan. Mau pesen lagi tidak bisa karena sudah habis, dan yang tidak kebagian dibelikan nasi goreng demi keluarga besar.
Makan beramai-ramai sudah pasti seru banget dan mengasyikkan. Lebaran memang masanya untuk banyak makan, jangan dulu diet, meski sudah malam. Setelah ngobrol lagi sambil meluruskan kaki dan menonton TV, hingga akhirnya satu persatu terlelap di peraduan. Jadwal keesokan harinya adalah berziarah ke makam Bapak di Vespa, lanjut sowan ke Ibu sambung di Kelapa Gading.
Ibu sudah menyiapkan soto ayam dan sekali lagi, asyik makan soto bersama-sama di ruangan yang tidak terlalu besar. Sorenya anak-anak mau main ke Mal Kelapa Gading, entah mau belanja apa. Sosok itu dan sang belahan jiwa naik Mikrotrans yang sebelumnya adalah Mikrolet M37 yang tarifnya gratis asal nge-tap kartu e-money. Malamnya balik lagi ke Penggilingan dengan naik taksi online.
Nginep semalam lagi di rumah kakak, lalu H+3 jalan-jalan naik KRL dan turun di St. Manggarai dan lanjut ke St.Tanah Abang. Dari stasiun jalan kaki ke rumah adik dan nyimpen tas. Tujuannya adalah naik motor ke Bundaran HI dan mau nyobain MRT ke Lebak Bulus. Mengasyikkan jalan-jalan naik kereta api. Tadinya mau naik Transjakarta dari Lebak Bulus tetapi ternyata rada ribet sehingga balik lagi naik MRT.
Mau foto-foto di serambi Bundaran HI tetapi suasana agak ramai dan pastinya antri. Akhirnya foto-foto saja di trotoarnya asal kelihatan cakep. Sebelum pulang, momotoran ke Seafood 38 di Jl. Lapangan Bola Kebon Jeruk. Ini kuliner yang selalu ramai kalau malam dan wajib antri di tepian jalan, menu yang jadi andalan tentu saja kangkung, cumi, ikan bakar, dan udang. Kenyang banget, alhamdulillah.
Nginep semalam di Petamburan dan setelah sarapan ketoprak di H+4 lanjut naik KRL lagi ke St. Tanjung Barat. Dua kali naik KRL karena harus transit di St. Manggarai. Tujuannya adalah sowan ke rumah Budhe Kun (kakak tiri dari almarhumah Ibu Mertua) dan lagi-lagi makan asyik. Sorenya baru pamit pulang naik KRL ke St. Cawang, nyebrang ke St. Cikokol buat naik LRT ke St. Halim.
Ini pengalaman baru juga bagi sosok itu, dari KRL sambung ke LRT, sambung ke (tentu saja) Kereta Cepat Whoosh. Mudah. Awalnya sih mau naik kereta lokal Cikarang - Purwakarta - Bandung tetapi gak kebagian tempat. Mau pesen KA Cikuray atau KA Serayu juga gak kebagian. Mau pesen KA Argo Parahyangan ternyata harga tiketnya sama dengan Whoosh, ya sudah pesen kereta cepat saja.
Memang terpaksa tetapi keputusan ini yang bikin anak-istri girang. Kapan lagi naik kereta cepat kalau bukan di momen seperti ini apalagi dengan komposisi keluarga yang juga lagi kompit, jadi gak iri-irian. Meski jadwal menunggu yang lama dan sempat shalat Maghrib di St. Halim, momen singkat jadi pengalaman yang amat berharga. Setengah jam sudah sampai di St. Tegalluar.
Lanjut naik taksi online dan sempat mampir dulu buat makan pecel lele agar sampai rumah tinggal tidur enak. Alhamdulilah meski jadwal yang padat, lebaran kali ini begitu membekas dan membahagiakan. Ada satu PR karena tinggal anak sulung dan istri yang belum nyobain naik kereta lokal dari Jakarta ke Bandung. Naik kereta bagi keluarga sosok itu memang menjadi favorit, gimana dengan kamu?
1 Comments
Mantapppppp kpn kita jalan2 lagi 🥳
ReplyDelete