
Sosok itu setiap pagi melewati perempatan/simpang/stopan terlama di Bandung. Hampir tiap hari, kecuali Sabtu atau Minggu. Itulah Stopan Samsat atau sekarang sudah dikenal sebagai Stopan Tenth Avenue, mall terbaru yang menggantikan Carrefour/Transmart. Beberapa menyebutnya sebagai Stopan Perenggut Masa Muda atau Stopan Penguji Iman atau Stopan Terlama di Indonesia.
Normalnya, lama waktu menunggu di stopan itu di kisaran 30 sampai 60 detik. Normal, ya. Akan tetapi entah mengapa di Stopan Samsat Bandung itu waktu menunggunya adalah 5 menit. 300 detik! Bahkan pernah sampai 600 detik alias 10 menit! Alasan Dishub Bandung, untuk menyesuaikan dengan volume aktivitas kendaraan di kawasan itu. Bisa bikin popmie dan makan sampai habis, lah.
Ada banyak kejadian yang lucu terjadi di sana, termasuk video-video viral yang berseliweran di jagat media sosial. Ada pemotor yang sempat cukur jenggot, ada pedagang dorong roda lalu berhenti di tengah jalan ngeluarin bangku lanjut duduk sambil merokok, ada pemotor yang bikin konten dan bilang kalau di sana bisa sambil menyelesaikan tesis S2 plus anak SMP yang kalau lampu hijau sudah berseragam SMU.
Intinya selama di Stopan Samsat ya harus sabar, namanya juga stopan perenggut masa muda dan penguji iman hehehe. Di luar konteks lama menunggu, yang menjadi perhatian adalah seringnya terjadi kecelakaan di stopan tersebut. Penyebab kejadiannya tentu saja karena sudah habisnya ilmu sabar. Meski kecelakaan yang terjadi terbilang ringan, tetapi saja akibatnya jadi lebih macet lagi.
Kecelakaan yang pernah dilihat sosok itu adalah ada pengendara wanita yang nekat ngebut dari arah Pasar Kordon (selatan), melawan arah dan ingin belok kanan ke arah Cibiru (timur) saat lampu hijau baru tersedia untuk kendaraan dari arah Buah Batu (barat). Mungkin karena kagok akibat banyaknya kendaraan yang berbelok kanan dari arah Buah Batu, ia pun terjatuh. Dan kemacetan pun terjadi.
Di lain waktu, saat lampu hijau diberikan untuk kendaraan dari arah selatan dan sosok itu baru saja berjalan tiga meter, terjadi kemacetan di depan. Ternyata ada kecelakaan yang melibatkan 4 motor. 3 motor baru berjalan dari arah selatan dan ngebut, sementara masih ada 1 motor yang memaksakan diri ngebut dari arah barat meski sudah merah. Ada anak berseragam SD yang menangis dan ibu-ibu yang pincang.

Makin macet lagi. Belum kecelakaan kecil seperti senggolan yang bikin mata melotot, sentuhan dari belakang karena telat ngerem, atau senggolan motor ke bodi mobil. Makin runyam kalau hanya memuaskan emosi belaka dan kesabaran menjadi langka. Termasuk kenekatan pemotor yang melawan arah dari selatan, atau pemotor dari timur yang putar balik di sekitar depan pintu timur Samsat.
Lagi-lagi semua itu terjadi karena tidak adanya kesabaran. Semuanya ingin buru-buru. Semuanya ingin didahulukan. Semuanya jadi lebih egois karena merasa paling berhak agar tujuannya cepat tercapai. Pelakunya bisa siapa saja: orang tua, pekerja, anak sekolah, laki-laki atau perempuan. Jika sudah terjadi kecelakaan, kecepatan waktu pun akan menguap, menyisakan penyesalan.
Padahal hidup di zaman ini memang harus melewati proses antrean dan harus lebih banyak lagi menabung kesabaran karena manusia makin bertambah. Mau mandi di rumah ya harus antre. Mau makan di warteg atau restoran ya harus antre. Mau isi bensin di SPBU harus antre. Mau nonton konser ya harus 'ticket war'. Mau ikut event lari juga harus 'ticket war'. Semuanya harus antre, termasuk di jalan raya.
Jadi, sediakan tabungan SABAR saat di jalan raya. Semua orang berhak untuk sampai di tujuan dengan selamat. Semua pasti ingin tepat waktu dan tidak ingin terlambat. Insya Allah kalau semuanya sabar dan mau antre, pasti akan baik-baik saja. Tidak ada lagi kejadian tertemper kereta api karena tidak sabar melewati perlintasan sebidang. Termasuk di Stopan Samsat. Sabar, sambil ngabotram.
0 Comments